05 August 2008

We Wanna be A Good Parent

Sebagai orang tua yang memiliki anak-anak kecil, saya harus cermat menerapkan cara yang tepat dalam mendidik anak-anak kita. Masa kanak-kanak adalah masa pembentukan karakter seorang anak yang akan mempengaruhi perkembangan mental anak. Cara yang salah dalam mendidik anak akan berakibat fatal dalam pembentukan kepribadian ini. Tingkah laku yang menyimpang yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari yang sering kita temui dewasa ini adalah salah satu contoh ketidakpedulian atau metode yang keliru dalam mendidik anak saat masih kecil.

Usia 1 s/d 5 tahun disebut-sebut sebagai golden age atau masa emas dalam kehidupan seseorang. Artinya, baik tidaknya anak-anak kita ketika tumbuh dewasa nanti sangat ditentukan dari bagaimana mereka mendapatkan perlakuan dan pendidikan yang sesuai saat masih kecil. Jadi, saya sangat memperhatikan dan serius mengikuti perkembangan anak-anak saya yang saat ini sedang memasuki fase tersebut.

Sekecil apapun sikap kita kepada mereka akan memberikan pengaruh besar buat perkembangan kepribadiannya. Saya bukan tipe orang tua yang selalu memperhatikan kemana saja anak saya pergi sambil terus berteriak-teriak memperingatkannya saat ingin melakukan sesuatu tetapi saya juga tidak membiarkan anak-anak saya bertindak seenaknya tanpa menegurnya. Membiarkan mereka bebas bermain membuat mereka kreatif dan berinisiatif, tetapi teguran dan peringatan kecil saat mereka mulai melakukan tindakan di luar batas tetap diperlukan untuk mengingatkan mana yang benar dan mana yang salah.

Salah satu sikap yang menurut saya kurang baik yang sering dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya yang masih kecil adalah selalu mengikuti kemauan anak-anak kita saat mereka merengek meminta segala kemauannya. Anak kecil sering merengek untuk dibelikan sesuatu atau meminta sesuatu yang diinginkannya. Dan, dengan alasan sayang orang tua selalu mengikuti semua kemauan anaknya. Menurut saya cara ini hanya menjadikan anak kita pemalas, boros, tidak kreatif, dan terlalu manja.

Meskipun kita memiliki banyak uang untuk membeli dan mencukupi segala kemauan anak kita, tidak sepantasnya kita sebagai orang tua untuk selalu mengikuti kemauan anak kita. Rasa sayang dan cinta kepada anak-anak kita semestinya diwujudkan dengan sikap dan interaksi yang mendalam dengan anak-anak dan tidak dengan memberikan mereka segala materi (harta dan uang). Memang materi diperlukan tetapi dalam mendidik kepribadian dan mental diperlukan prinsip, sikap, dan perhatian yang memadai, tidak sekedar harta yang berkecukupan.

Contoh kecil yang sangat sering saya hadapi adalah saat saya mendengar rengekan anak-anak saya meminta jajan. Anak-anak saya memang anak-anak yang menurut saya agak over dan salah satunya ditandai dengan seringnya mereka merengek meminta jajan. Bagi saya sikap dan prinsip perlu secara disiplin diterapkan bukan semata-mata untuk menghemat pengeluaran tetapi lebih kepada pembentukan karakter. Saya tidak ingin anak-anak saya mempunyai mental selalu meminta-minta. Maka berbagai cara perlu dilakukan untuk mengatasi rengekan anak-anak saya.

Kita harus memberikan pengertian kepada anak-anak kita bahwa mereka tidak harus selalu meminta jajan setiap saat. Ini juga terkadang disertai dengan mengalihkan perhatian mereka kepada bentuk yang lain, misalnya dengan mengajak mereka berjalan-jalan atau memberikan mereka bentuk permainan yang menghibur. Dengan selalu mengajak mereka bermain atau memberikan mereka permainan dapat melupakan keinginan mereka untuk jajan. Di sini diperlukan kesabaran dan ketegasan sikap dari orang tua karena terkadang anak kita merengek sampai menangis untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua kadang merasa kasihan kepada mereka dan akhirnya menuruti kemauan anaknya. kita harus tegas demi kebaikan anak-anak kita juga, bahkan tetap membiarkannya menangis. Sekali lagi saya katakan rasa sayang tidak harus diwujudkan dengan menuruti kemauannya. Justru karena sayang itulah saya bersikeras tidak menuruti kemauan mereka untuk jajan.

Tidak menuruti kemauan anak kita jajan bukan berarti saya sama sekali tidak menyiapkan makanan atau jajanan di lemari kita. Saya terkadang sudah menyiapkan setumpuk makanan yang bisa diberikan kepada anak-anak saat mereka meminta jajan. Tapi kita juga harus tegas dengan hanya memberikannya satu macam yang boleh dimakan saat itu dan menyimpan makanan yang lain untuk waktu yang lain. Ini juga salah satu bentuk latihan kedisiplinan buat saya dan istri sebagai orang tua dan bagi anak-anak saya.

Sikap tegas dan disiplin terkadang juga keras menurut saya perlu dilakukan dalam berinteraksi dengan anak-anak kita. Ini diperlukan untuk melatih mereka berdisiplin dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kita tidak ingin anak-anak kita malas, bukan? Tapi, tentu saja perhatian dan kasih sayang adalah landasan yang harus selalu diterapkan dalam setiap interaksi.

Dan, sepertinya saya dan istri sudah menuai hasilnya. Itu bisa saya rasakan dari sikap anak saya yang pertama, Firdaus. Sebagai anak usia lima tahun yang ditinggal oleh kedua orang tuanya bekerja, Firdaus boleh dikatakan mandiri dan disiplin. Dia tidak pernah bangun tidur kesiangan, kadang tidak lupa untuk salat Subuh, sesuatu yang tidak buruk untuk anak usia lima tahun. Sejak pertama masuk sekolah, dia tidak pernah mau ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya atau pengantarnya. Dia cepat bergaul dan berinteraksi dengan orang atau anak yang baru dikenalnya. Memang, Firdaus tidak bisa diam, dia selalu bergerak untuk melakukan apa saja.

Firdaus bisa memanfaatkan barang apapun untuk dijadikan mainannya. Saya perhatikan dia banyak mengumpulkan bungkus kotak bekas susu. Dia bisa mengkhayalkan benda apapun dengan barang bekas yang dia dapatkan.

Tentu saja kami sangat bersyukur memiliki anak yang mandiri dan kreatif. Kami sadar anak adalah amanah dari sang Pencipta buat kita sehingga kami harus menjaga dan mendidiknya dengan cermat.

We wanna be a good parent.

No comments: