30 July 2010

Ketetapan Hati Robi

Malam baru saja datang menjelang. Kegelapan mulai menyeruak turun menyelimuti bumi. sayup-sayup terdengar suara orang wirid selepas magrib dari corong masjid.

Robi duduk di depan meja makan menikmati sedikit santap malam setelah selesai solat magrib. Robi sengaja pulang lebih awal hari itu. Biasanya selepas isya Robi baru sampai rumah. Ada sedikit rasa gelisah menyelimuti hati Robi. Hatinya berusaha menetapkan sebuah tekad besar nan mulia. Sebuah rencana yang mulia coba digambarkan dalam pikirannya. Sebuah rencana yang akan menentukan jalan hidupnya di masa depan. Sebuah rencana yang akan membuat perbedaan dalam kehidupannya.

"Andi, kemana ya ma?" Tanya Robi kepada mamanya menanyakan adiknya yang petang itu belum terlihat batang hidungnya.

"masih mandi, baru pulang dari kampus kayaknya," kata mamanya sambil menyiapkan makan malam buat ayah. Ayah biasa solat magrib berjamaah di masjid dan biasanya masih melakukan wirid selepas magrib.

"tumben kamu nanyain dia Rob, ada perlu ya?" lanjut mama dengan nada menyelidik namun tetap sibuk di meja makan. meski cukup dekat dengan adiknya, Robi jarang sekali terlihat begitu serius dan dekat dengan Andi, adiknya. tentu saja mama sedikit kaget dengan gelagat Robi sore itu yang menanyakan adiknya.

"ngga ma, cuma mau ngajak Andi ke tempat teman sebentar," jawab Robi dengan nada mengambang dan terlihat agak ragu.

Mama masih terlihat bolak-balik ke meja makan dengan sikap yang acuh tak acuh seolah masih menunggu kepastian dari Robi. Saat itulah Andi melintas setelah selesai dari kamar mandi sambil mengusap-usap rambutnya yang masih kelihatan sedikit basah dengan handuk.

"Andi .. ada acara ga malam ini? Gw minta tolong sebentar ya," kata Robi masih sambil duduk di depan meja makan.

"Iya, tapi gw solat dulu," jawab Andi sambil ngeloyor ke kamarnya untuk solat magrib.

"emang kamu mau kemana sih rob?" tanya mama masih penasaran.

"ke tempatnya siapa? teman? malem-malem begini? ngajak Andi lagi?" berondong mama masih dengan nada menyelidik laksana senapan mesin. kali ini mama duduk di depan meja makan di hadapan Robi.

"Ini ma, Robi mau te tempat teman cewek," ujar Robi dengan sangat hati-hati setelah sebelumnya menarik nafas panjang.

Robi pun menunggu reaksi dari mama. ada sedikit perasaan lega di dada Robi setelah mengucapkan kata-kata tadi. Robi pun melanjutkan setelah melihat belum ada reaksi dari mama. sepertinya mama masih menunggu untuk mendapat jawaban yang lebih jelas dari Robi.

"insya allah Robi mau berkenalan dengan seorang gadis yang mudah-mudahan akan menjadi calon pendamping hidup Robi. mama ngga usah kaget ya?" ujar Robi dengan nada yang lebih tegas dan datar setelah hatinya merasa lebih lega.

selama ini Robi emang jarang terlihat akrab dengan teman wanita. meski beberapa kali mama sempat menjawab telepon dari beberapa teman Robi yang cewek, Robi tidak terlihat memiliki teman cewek yang dekat dan akrab yang pantas disebut pacar.

Robi memang tidak seperti remaja kebanyakan yang biasa menggandeng cewek dan menjadikannya sebagai pacar. Robi memiliki sebuah prinsip yang jarang dianut oleh remaja kebanyakan, tidak akan berpacaran sebelum resmi menikah. Robi begitu menjaga hubungan dengan lawan jenis. Robi memandang hubungan dengan lawan jenis adalah hubungan yang suci dan tidak boleh sembarangan dilanggar. mesti ada hijab antara cowok dan cewek, begitu prinsip Robi. sebuah prinsip yang terlihat asing dan aneh di mata banyak orang.

Dari gerak-gerik Robi, mama sedikit mengerti jika Robi memang tidak akan punya pacar. Mama pun yakin satu saat Robi pasti akan memberitahukan siapa wanita pilihannya yang akan dijadikan sebagai istri. namun demikian, ada sedikit rasa terkejut juga dalam benak mama petang ini saat Robi mengutarakan keinginannya. antara senang, terkejut, dan penasaran mama menerima pernyataan dari Robi.

"emangnya siapa dia, kalo mama boleh tau?" ujar mama menanggapi pernyataan Robi setelah menenangkan diri dari rasa kaget dan penasarannya.

"dia baik orangnya tapi bukan dari jawa melainkan dari minang," jawab Robi sedikit menjelaskan latar belakang gadis pilihannya ini. Robi sadar bahwa latar belakang suku pasti akan menjadi salah satu yang membuat penasaran.
Ayah dan mama Robi sendiri berlatar belakang suku jawa.

"ooh orang padang tho .. wah bisa makan masakan padang terus donk nih," sahut mama menanggapi. sebuah pernyataan yang sudah bisa diduga oleh Robi.

"emang kenal dimana?" tanya Andi ikutan nimbung di meja makan.

"yahh .. kenal aja. ada yang ngenalin. temen gw kebetulan sama2 mengajar dengan dia," sahut Robi menanggapi pertanyaan adiknya.

"gimana ndi? berangkat sekarang ya, ntar kemaleman lagi," kata Robi lagi meminta kesediaan adiknya. "boleh ya ma, pinjam mobilnya sebentar?" tanya Robi kepada mama.

"ya udah berangkat sekarang deh, kamu berdua hati-hati di jalan ya," ujar mama memberi ijin kepada Robi dan adiknya.

setelah Andi menyelesaikan makan malamnya, mereka pun berangkat. tidak lupa Robi mencium tangan mamanya atas segala dukungannya dan sekaligus memohon restu atas ketetapan hatinya. Sebuah tantangan telah menanti di hadapan Robi. Sebuah langkah pun telah ditempuh untuk kehidupan yang akan sangat berbeda yang harus siap dihadapi oleh Robi. Sebuah langkah awal untuk menggenapkan setengah agamanya.