04 August 2008

... Mereka Hidup di sisi Tuhannya Mendapat Rezki

وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.

(QS Ali Imran: 169)

Atas takdir Allah kaum muslimin dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka dipertemukan dengan musuh mereka (orang-orang kafir) dalam suatu peperangan besar. Tidak ada pilihan lain bagi kaum muslimin kecuali menghadapi peperangan ini, sebagai bagian dari komitmen mereka kepada Allah dan rasul-Nya.

Tapi ada sebagian dari kaum muslimin yang menolak perintah ini. Mereka adalah orang-orang munafik yang dengan segala macam alasan tidak ikut berperang menghadapi orang kafir.

Dan, pada perang Uhud itu, kaum muslimin mengalami kekalahan akibat kelalaian mereka sendiri.

Orang-orang munafik (yang tidak ikut berperang) ini mengatakan kepada saudara-saudara mereka, “andaikan kalian tidak ikut berperang, tentu kalian tidak akan terbunuh dalam peperangan ini.”

Maka Allah menjawab celaan orang-orang munafik ini melalui ayat di atas.

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.”

Inilah sekelumit kisah dalam Al-quran yang mengandung banyak hikmah. Orang-orang munafik mengira bahwa orang-orang yang mati dalam peperangan (jihad) adalah sesuatu yang sia-sia. Dan bisa jadi pola pikir seperti ini yang ada dalam pikiran kita semua. Tapi Allah yang Maha Besar memiliki pandangan lain bahwa sesungguhnya orang-orang yang gugur di jalan Allah tidaklah mati tetapi hidup di sisi Allah dengan mendapatkan rezki dari Allah.

Tidakkah kita menginginkan hal ini, hidup di sisi Allah dengan segala kenikmatan dan rezki-Nya? Sesungguhnya inilah kenikmatan terbesar dan hakiki bagi kita. Dan Allah telah membuka jalan bagi kita semua untuk dapat meraihnya, yaitu dengan cara berjuang di jalan Allah. Pada zaman rasul, ini bisa diwujudkan dengan berperang melawan musuh-musuh Allah, yaitu orang-orang kafir.

Bagaimana mewujudkan hal ini di zaman sekarang yang berbeda dengan kondisi pada zaman Rasul? Tentu saja kita tidak bisa menyamakan kondisi pada zaman Rasul dengan kondisi sekarang. Kita tidak bisa melakukan perang secara terbuka dengan orang kafir sebagaimana Rasul bersama kaum muslimin melakukannya pada masa lalu.

Perjuangan yang kita lakukan saat ini secara fisik tentu saja tidak sama dengan perjuangan dan jihad pada masa Rasul. Bagi mereka di Palestina, berjuang melawan penjajah Israel adalah jihad mereka. Dan, mereka wajib melakukannya. Tapi, bagi kaum muslimin di AS atau di Eropa, tentu saja tidak bisa melakukan perjuangannya dengan berperang melawan orang-orang kafir. Mereka melakukannya dengan syiar dan dakwah Islam. Begitu bukan?

Begitu juga perjuangan umat Islam di Indonesia (seperti kita, kita … lu kali …) tentu saja memiliki bentuk perjuangannya sendiri. Banyak yang bisa kita lakukan. Kita bisa melakukan banyak hal dalam memperjuangkan Islam.

Waktu gue kuliah dulu, gue menafsirkan berjuang di jalan Allah baik dengan melakukan aktivitas dakwah dalam organisasi di kampus maupun melalui pendekatan personal kepada orang-orang yang kita kenal. Idealisme kami waktu itu adalah ingin menegakkan syariat Islam di kampus. Tentu saja ini sungguh mulia.

Namun, saat ini ketika gue sudah lulus dari kampus dan berada di dunia kerja yang wilayahnya lebih luas, gue dihadapkan pada sesuatu yang berbeda. Gue, dan mungkin semua rekan-rekan yang berpandangan sama dengan gue, dihadapkan pada bentuk perjuangan yang lain dimana terjadi banyak benturan antara idealisme dan realitas, di saat kita harus memilih dua pilihan yang kadang bertentangan tapi mempunyai efek yang sama terhadap kita, dan di saat kematangan dan kedewasaan pikiran dituntut.

Gue yang merasa telah berbuat banyak ketika melakukan aktivitas di kampus, baru disadarkan pada realitas sesungguhnya di hadapan gue. Ternyata semua yang gue lakukan di kampus tidak ada apa-apanya. Bahwa perjuangan baru saja dimulai, perjuangan sesungguhnya di dunia yang sangat luas.

Mari kita renungkan firman allah, “… bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya akan melihat pekerjaan kamu …” saat ini kita dituntut untuk menunjukkan sejauh mana kita berbuat bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan “bekerja” itulah kita berjuang di jalan Allah. Tentu saja bekerja disini mempunyai makna yang sangat luas. Dengan bekerja kita dapat bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana dalam suatu hadis “sebaik-baik kamu adalah yang paling bermanfaat buat orang lain”.

Tidakkah kita menginginkan menjadi orang atau hamba yang terbaik di mata Allah dan mendapatkan kenikmatan hidup di sisinya pada kedudukan yang mulia dengan mendapat berkah dan rezki-Nya?

Semoga! amin

No comments: