13 December 2010

Kampanye Hemat Listrik dan Tanggung Jawab Operator

Masalah energi adalah salah satu masalah yang sering diperbincangkan belakangan ini. kebutuhan energi yang semakin besar namun tidak diimbangi oleh ketersediaan energi yang melimpah adalah salah satu problem yang mengemuka. Terkait dengan masalah energi, kelistrikan pun menjadi perhatian dari banyak kalangan. Listrik telah menjadi kebutuhan primer di jaman modern ini. Oleh karenanya, ketersediaan listrik menjadi suatu tugas yang amat urgen.

Namun demikian, seiring dengan kebutuhan listrik yang semakin besar dan terus bertambah, sepertinya penyediaan listrik menjadi amat sulit. ini terlihat dari ketidakmampuan operator untuk memberikan pasokan listrik yang memadai kepada konsumen. Tulisan ini ingin mengingatkan kembali tugas dan tanggung jawab operator dalam menyediakan pasokan listrik yang sustainable.

Di jaman modern ini, dimana segala macam perangkatnya menggunakan listrik sebagai sumber energinya, kebutuhan atas pasokan listrik yang memadai begitu penting dan mendesak. Hal ini semestinya dilihat oleh operator penyedia listrik sebagai sebuah peluang bisnis. Sebuah peluang untuk mendapatkan banyak pelanggan dan menjual banyak produknya kepada pelanggan dalam bentuk sambungan listrik.

Dalam bisnis tentu saja hal ini merupakan peluang untuk mendapatkan keuntungan. Makin banyak produk yang terjual, makin besar pula pendapatan yang akan peroleh. Namun tampaknya hal ini tidak semudah yang dibayangkan, jika yang melakukan itu adalah operator listrik.

Penyediaan listrik memerlukan suatu mekanisme yang lumayan panjang. Mula-mula listrik harus dibangkitkan dalam sebuah pembangkit listrik. Investasi yang besar diperlukan untuk membuat sebuah pembangkit listrik. Bayangkan, sebuah PLTA yang dibangun di sebuah waduk yang sangat besar. Tentu saja ini sebuah pekerjaan yang amat besar dengan biaya yang juga sangat besar. Bisa jadi biaya investasi ini adalah salah satu kendala dalam penyediaan listrik.

Setelah listrik dibuat, listrik itu perlu dialirkan ke konsumen. Biasanya konsumen berada di tempat yang jauh dari pembangkit listrik. Diperlukan jalur transmisi untuk mengalirkan listrik ke konsumen. Interkoneksi juga diperlukan untuk menyatukan transmisi dari pembangkit-pembangkit listrik yang berbeda.

Boleh jadi, kerumitan sistem kelistrikan seperti yang disebutkan di atas menjadi alasan yang digunakan operator atas banyaknya layanan yang kurang memadai. Masih banyaknya pemadaman bergilir adalah salah satu masalah yang sering dikeluhkan konsumen.

Salah satu usaha yang ditempuh oleh operator untuk mengurangi dampak kurangnya pasokan listrik adalah dengan melakukan penghematan listrik. kampanye hemat listrik pun digalakkan melalui berbagai media. Namun, tentu saja kampanye hemat listrik ini menimbulkan pertanyaan besar. Apakah gerakan ini benar-benar merupakan solusi ataukah hanya upaya untuk menutupi ketidakmampuan operator untuk menyediakan listrik yang sustainable? Dalam pandangan bisnis, kampanye hemat listrik tentu bertolak belakang dengan upaya operator untuk mendapatkan keuntungan lebih besar. Karena kampanye hemat listrik pada hakikatnya hanya mencegah konsumen untuk membayar lebih banyak kepada operator, tentu ini suatu kerugian buat operator.

Kampanye hemat listrik tentu bukan solusi yang diharapkan oleh konsumen. Sebagai pengguna listrik, konsumen punya hak untuk menggunakan layanan yang sudah menjadi haknya dan akan dibayarkan. Konsumen tentu merasa tidak nyaman jika hak yang semestinya diterima tapi harus dibatasi. Tentu tidak akan nyaman jika penerangan yang harusnya bisa dipakai pada malam hari, harus dikurangi?

Bahkan, seharusnya operator diuntungkan jika konsumen banyak menggunakan listrik karena pasti akan membayar lebih banyak. Bukankah ini sebuah ironi? Jadi, tidak terlalu salah jika dikatakan bahwa kampanye hemat listrik mencerminkan kurangnya tanggung jawab operator dalam memberikan layanan penyediaan listrik yang baik. Tidak terlalu salah pula jika ada konsumen yang menuntut tanggung jawab dari operator.

Sudah semestinya operator memikirkan solusi yang lebih baik agar pasokan listrik tetap bisa diterima oleh konsumen. Investasi mau tidak mau harus dilakukan. Dan, jika mengingat bahwa listrik merupakan kebutuhan primer dari tiap orang, sepertinya investasi itu tidak akan sia-sia. Bayangkan saja kebutuhan listrik yang pasti akan semakin meningkat di masa depan dimana akan ada lebih banyak perangkat yang menggunakan listrik sebagai sumber energinya.

Kreativitas dan inovasi tentu saja sangat diperlukan dalam mencari sumber pembangkitan energi listrik yang sustainable dan dapat diperbarui. Selain juga efektivitas dan kebijakan yang tepat dalam mengelola biaya dan investasi, agar dana besar yang telah diinvestasikan dapat kembali (balik modal) dengan cepat dan menjadi keuntungan yang bisa dinikmati sebagai sumber pemasukan buat negara.

No comments: