25 May 2009

Aku pernah naik Hercules (bag. 1)

Andai saja tidak terjadi peristiwa jatuhnya pesawat Hercules belum lama ini, saya mungkin sudah melupakan pengalaman saya ini. Walaupun bisa dibilang agak unik, sebenarnya saya sudah hampir melupakan pengalaman saya ini. Pengalaman naik pesawat Hercules memang jarang terjadi, apalagi saya yang bukan dari keluarga besar tentara. Kejadian jatuhnya pesawat Hercules telah membawa kenangan lama itu hadir kembali, kenangan bahwa saya secara tidak sengaja pernah naik pesawat Hercules.

Sore itu, seperti biasa saya sedang bermain bola bersama beberapa teman sebaya saya di halaman depan rumah salah satu tetangga saya. Sebagaimana anak-anak lain, saya yang saat itu masih duduk di kelas 5 SD juga sangat gemar bermain bola. Dengan bola dan lapangan seadanya kami mengisi sore yang cerah itu dengan bermain bola.

Lalu seorang pemuda tetangga saya datang bersama seorang bapak bersama keluarganya. Tampaknya bapak ini datang dari jauh dan sedang berusaha mencari alamat familinya, dan kebetulan bertemu dengan pemuda tetangga saya ini di jalan. Saya sendiri tidak mengenal bapak ini dan keluarga yang bersamanya. Jadi, alangkah terkejutnya saya saat pemuda itu menyebut nama orang tua saya, bapak ini ternyata sedang mencari alamat orang tua saya. Saya pun menghentikan kegiatan bermain bola saya dan segera bergegas pulang sambil bertanya-tanya dalam hati, siapa bapak dan keluarganya ini.

Bapak dan keluarganya itu adalah famili saya yang tinggal di Pasuruan, sebuah kota di Jawa Timur beberapa kilometer di selatan Surabaya. Inilah yang saya ketahui dari orang tua saya. Mereka memang belum pernah datang ke Jakarta sebelumnya atau sebaliknya keluarga saya pun belum pernah ke Pasuruan sehingga kami memang belum pernah bertemu. Pertemuan antarkeluarga ini cukup mengharukan juga karena orang tua saya memang sudah sangat lama tidak berjumpa dengan keluarga ini. Apalagi waktu itu komunikasi masih sangat sulit, telepon belum ada.

Pak lek dan bulek, begitu saya menyebut mereka, adalah salah satu keluarga bapak. Bapak dan ibu saya berasal dari Ponorogo Jawa Timur. Bulek adalah adik kandung bapak saya. Dan, semenjak bulek menikah dan ikut dengan pak lek tinggal di Pasuruan, bapak belum pernah bertemu dengannya. Bahagia sekali kami saat itu karena kami kedatangan tamu spesial dan sekaligus menyambung kembali tali silaturahmi di antara keluarga kami.

Pak lek dan bulek memiliki tiga anak, sama halnya dengan keluarga saya. Kebetulan anak pertama bulek sebaya dengan saya. Tentu saja saya sangat senang karena dengan kedatangan bulek saya jadi punya teman bermain. Saya dan anak pertama bulek pun menjadi akrab dan selalu bermain bersama-sama. Oiya, saat itu sedang libur sekolah lho, jadi saya bisa bermain sepuas-puasnya.

Lho, apa hubungannya kedatangan bulek dengan naik pesawat Hercules? Hayo, tebak ada hubungannya ngga?

Tibalah waktunya bulek dan keluarganya pulang ke Pasuruan. Om saya yang lain, adik dari ibu saya, saat itu menawarkan sesuatu yang tidak diduga-duga. Ada temannya yang menawarkan pesawat terbang ke Surabaya dengan biaya yang sangat murah. Tentu saja ini bukan pesawat komersial yang tiketnya mahal, ini adalah pesawat Hercules. Kebetulan sedang ada jadwal penerbangan pesawat Hercules ke Surabaya. Mungkin teman om saya ini mendapat jatah menumpang pesawat Hercules ini tetapi kemudian menjualnya lagi kepada om saya. Tarifnya cukup murah hanya (kalo ngga salah) 50 ribu rupiah untuk satu keluarga. Tanpa pikir panjang kami mengambil penerbangan Hercules ini.

Wow, ngga kebayang deh perasaan kami saat itu. Ini pengalaman pertama kali naik pesawat, walaupun pesawat Hercules. Dengan biaya yang murah kami bisa menghemat waktu perjalanan pulang ke Pasuruan. Jika perjalanan normal dengan bis atau kereta api bisa memakan waktu 18 jam lebih, dengan pesawat ini kami bisa menempuhnya dalam waktu tidak lebih dari 8 jam saja. Saya hanya bisa ngiri saja melihat bulek dan keluarganya bisa naik pesawat, sambil membayangkan kapan saya bisa naik pesawat juga seperti mereka.

No comments: