“Hoamm .. ngantuk euy,” seru Amran setengah bertereak di pagi hari menjelang siang itu. seruannya terdengar begitu nyaring seperti memecah keheningan pagi itu. suasana pagi itu memang terlihat lebih sepi dibandingkan hari-hari lainnya. saking sepinya, bunyi kentut pun pasti akan terdengar jelas ke seluruh ruangan .. hiks.
Tak jauh dari tempat Amran bersemayam, Mamat terlihat anteng ngejogrok di meja kerjanya dengan ear phone segede gaban menyumpal kedua telinganya. Sesekali kepalanya terangguk-angguk dan mulutnya seperti komat-kamit mengikuti irama musik yang sedang didengarnya. Mimik mukanya terlihat serius dan pandangannya tidak lepas dari monitor di depannya. jangan salah ya, Mamat bukannya lagi kerja tapi lagi browsing … hehe.
“Pantes aja nih bocah kaga bereaksi, kaga denger gw ngomong kali ya,” batin Amran saat menengok ke arah Mamat yang terlihat begitu menikmati suasana pagi itu. dari rasa bosan yang ada timbullah sedikit keisengan Amran. “awas lo mat gw kerjain,” gumam Amran sambil mendelik ke arah Mamat sambil menyeringai hingga keluarlah gigi-gigi taringnya … (ihh syerem beut).
dan, plukk. sebuah buntelan kertas kecil pun mendarat dengan mulus di pipi Mamat yang mulus juga seperti batu pualam (jyah lebay banget). sontak Mamat pun mendelik dengan mata melotot dan perasaan yang kaget tidak menyangka mendapat serangan dhuha semacam itu. (soalnya ini waktunya udah lewat dari fajar dan masih masuk waktu dhuha … hehe). matanya pun mulai celingukan mencoba mencari tahu (bukan tempe) siapa yang dengan jahil melakukan perbuatan tidak senonoh itu (duh segitunya …).
mata Mamat pun tertumbuk pada sosok pendekar berwatak jahat eh maksudnya Amran yang tengah cekikikan sendirian di meja kerjanya. tangannya pun segera meraih sandal yg ada di kolong mejanya. eit jangan salah, bukan buat nimpuk, tapi buat dipake. Mamat emang baru sadar udah kebelet pipis … hehe. jadi sekalian aja doi mengangkat bokongnya yg seksi dan beranjak ke toilet tanpa menengok ke arah Amran. meninggalkan Amran yang hanya bisa melongo. mukanya udah kaya beruang yg udah ga makan selama setaun … hehe (wah ga serem lagi dong ..).
“doski kok anteng aja ya gw usilin kek gitu, biasanya monitor aja bisa2 dilempar kalo udah ngambek ..,” gumam Amran masih terbengong-bengong. Amran seperti teringat sesuatu, “oh iya .. sekarang kan lagi puasa. mungkin Mamat ga mau iseng selama puasa ya ..” seru Amran dalam hati sambil sedikit timbul rasa menyesal dalam hati kecilnya (emang ada hati gedenya ..).
di salah satu sudut ruang itu juga, Robi tersenyum-senyum melihat kelakuan Amran. tanpa disadari oleh Amran, Robi diam-diam mengamati tingkah laku Amran sejak tadi. berawal dari rasa kagetnya mendengar seruan Amran tadi. perhatian Robi pun tertuju ke arah Amran. Robi sedikit maklum dengan rasa bosan alias bete yang dirasakan oleh Amran. rasa itu pula yang juga dirasakan oleh Robi saat itu yang terlihat hanya bolak-balik browsing dari satu situs ke situs yang laen. (yg pasti bukan situs porno .. kan udah diblokir ama pemerintah?!).
“kenapa lw cuy .. ngantuk ya,” seru Robi kepada Amran yang terlihat masih terbengong-bengong. maklumlah, biasanya Mamat akan membalas keusilan yang tertuju kepadanya. namun, tidak demikian untuk kali ini. Amran sepertinya merasa kecele karena tidak mendapat tanggapan dari Mamat seperti biasanya.
Yang ditanya pun sedikit gelagapan dan seakan tersadar dari kebengonganya. “eh elo rob .. iye nih bete. ngantuk deh jadinya,” sahut Amran. “emang elo ngga ngantuk apa ..,” lanjut Amran balik bertanya kepada Robi.
“ngga begitu ngantuk sih cuma bete aja,” ujar Robi menanggapi. “biasa nih awal puasa emang rasanya agak beda dengan hari biasa,” kata Robi lagi yang dibenarkan oleh Amran meskipun dalam hatinya aja.
“oh gitu ya ..” sahut Amran. ” iya tuh, mana internetnya lemot dan keputus-putus gini lagi … hu uh,” tukas Amran lagi sambil menggerutu. “apa karena banyak situs yang diblokir ya ama pemerintah … jadi ngga lancar gini koneksinya,” lanjut Amran lagi sambil sedikit menyelidik. (tumben nih anak belagak mikir .. biasanya cuma makanan aja yang dipikirin)
(bersambung)
25 November 2010
30 July 2010
Ketetapan Hati Robi
Malam baru saja datang menjelang. Kegelapan mulai menyeruak turun menyelimuti bumi. sayup-sayup terdengar suara orang wirid selepas magrib dari corong masjid.
Robi duduk di depan meja makan menikmati sedikit santap malam setelah selesai solat magrib. Robi sengaja pulang lebih awal hari itu. Biasanya selepas isya Robi baru sampai rumah. Ada sedikit rasa gelisah menyelimuti hati Robi. Hatinya berusaha menetapkan sebuah tekad besar nan mulia. Sebuah rencana yang mulia coba digambarkan dalam pikirannya. Sebuah rencana yang akan menentukan jalan hidupnya di masa depan. Sebuah rencana yang akan membuat perbedaan dalam kehidupannya.
"Andi, kemana ya ma?" Tanya Robi kepada mamanya menanyakan adiknya yang petang itu belum terlihat batang hidungnya.
"masih mandi, baru pulang dari kampus kayaknya," kata mamanya sambil menyiapkan makan malam buat ayah. Ayah biasa solat magrib berjamaah di masjid dan biasanya masih melakukan wirid selepas magrib.
"tumben kamu nanyain dia Rob, ada perlu ya?" lanjut mama dengan nada menyelidik namun tetap sibuk di meja makan. meski cukup dekat dengan adiknya, Robi jarang sekali terlihat begitu serius dan dekat dengan Andi, adiknya. tentu saja mama sedikit kaget dengan gelagat Robi sore itu yang menanyakan adiknya.
"ngga ma, cuma mau ngajak Andi ke tempat teman sebentar," jawab Robi dengan nada mengambang dan terlihat agak ragu.
Mama masih terlihat bolak-balik ke meja makan dengan sikap yang acuh tak acuh seolah masih menunggu kepastian dari Robi. Saat itulah Andi melintas setelah selesai dari kamar mandi sambil mengusap-usap rambutnya yang masih kelihatan sedikit basah dengan handuk.
"Andi .. ada acara ga malam ini? Gw minta tolong sebentar ya," kata Robi masih sambil duduk di depan meja makan.
"Iya, tapi gw solat dulu," jawab Andi sambil ngeloyor ke kamarnya untuk solat magrib.
"emang kamu mau kemana sih rob?" tanya mama masih penasaran.
"ke tempatnya siapa? teman? malem-malem begini? ngajak Andi lagi?" berondong mama masih dengan nada menyelidik laksana senapan mesin. kali ini mama duduk di depan meja makan di hadapan Robi.
"Ini ma, Robi mau te tempat teman cewek," ujar Robi dengan sangat hati-hati setelah sebelumnya menarik nafas panjang.
Robi pun menunggu reaksi dari mama. ada sedikit perasaan lega di dada Robi setelah mengucapkan kata-kata tadi. Robi pun melanjutkan setelah melihat belum ada reaksi dari mama. sepertinya mama masih menunggu untuk mendapat jawaban yang lebih jelas dari Robi.
"insya allah Robi mau berkenalan dengan seorang gadis yang mudah-mudahan akan menjadi calon pendamping hidup Robi. mama ngga usah kaget ya?" ujar Robi dengan nada yang lebih tegas dan datar setelah hatinya merasa lebih lega.
selama ini Robi emang jarang terlihat akrab dengan teman wanita. meski beberapa kali mama sempat menjawab telepon dari beberapa teman Robi yang cewek, Robi tidak terlihat memiliki teman cewek yang dekat dan akrab yang pantas disebut pacar.
Robi memang tidak seperti remaja kebanyakan yang biasa menggandeng cewek dan menjadikannya sebagai pacar. Robi memiliki sebuah prinsip yang jarang dianut oleh remaja kebanyakan, tidak akan berpacaran sebelum resmi menikah. Robi begitu menjaga hubungan dengan lawan jenis. Robi memandang hubungan dengan lawan jenis adalah hubungan yang suci dan tidak boleh sembarangan dilanggar. mesti ada hijab antara cowok dan cewek, begitu prinsip Robi. sebuah prinsip yang terlihat asing dan aneh di mata banyak orang.
Dari gerak-gerik Robi, mama sedikit mengerti jika Robi memang tidak akan punya pacar. Mama pun yakin satu saat Robi pasti akan memberitahukan siapa wanita pilihannya yang akan dijadikan sebagai istri. namun demikian, ada sedikit rasa terkejut juga dalam benak mama petang ini saat Robi mengutarakan keinginannya. antara senang, terkejut, dan penasaran mama menerima pernyataan dari Robi.
"emangnya siapa dia, kalo mama boleh tau?" ujar mama menanggapi pernyataan Robi setelah menenangkan diri dari rasa kaget dan penasarannya.
"dia baik orangnya tapi bukan dari jawa melainkan dari minang," jawab Robi sedikit menjelaskan latar belakang gadis pilihannya ini. Robi sadar bahwa latar belakang suku pasti akan menjadi salah satu yang membuat penasaran.
Ayah dan mama Robi sendiri berlatar belakang suku jawa.
"ooh orang padang tho .. wah bisa makan masakan padang terus donk nih," sahut mama menanggapi. sebuah pernyataan yang sudah bisa diduga oleh Robi.
"emang kenal dimana?" tanya Andi ikutan nimbung di meja makan.
"yahh .. kenal aja. ada yang ngenalin. temen gw kebetulan sama2 mengajar dengan dia," sahut Robi menanggapi pertanyaan adiknya.
"gimana ndi? berangkat sekarang ya, ntar kemaleman lagi," kata Robi lagi meminta kesediaan adiknya. "boleh ya ma, pinjam mobilnya sebentar?" tanya Robi kepada mama.
"ya udah berangkat sekarang deh, kamu berdua hati-hati di jalan ya," ujar mama memberi ijin kepada Robi dan adiknya.
setelah Andi menyelesaikan makan malamnya, mereka pun berangkat. tidak lupa Robi mencium tangan mamanya atas segala dukungannya dan sekaligus memohon restu atas ketetapan hatinya. Sebuah tantangan telah menanti di hadapan Robi. Sebuah langkah pun telah ditempuh untuk kehidupan yang akan sangat berbeda yang harus siap dihadapi oleh Robi. Sebuah langkah awal untuk menggenapkan setengah agamanya.
Robi duduk di depan meja makan menikmati sedikit santap malam setelah selesai solat magrib. Robi sengaja pulang lebih awal hari itu. Biasanya selepas isya Robi baru sampai rumah. Ada sedikit rasa gelisah menyelimuti hati Robi. Hatinya berusaha menetapkan sebuah tekad besar nan mulia. Sebuah rencana yang mulia coba digambarkan dalam pikirannya. Sebuah rencana yang akan menentukan jalan hidupnya di masa depan. Sebuah rencana yang akan membuat perbedaan dalam kehidupannya.
"Andi, kemana ya ma?" Tanya Robi kepada mamanya menanyakan adiknya yang petang itu belum terlihat batang hidungnya.
"masih mandi, baru pulang dari kampus kayaknya," kata mamanya sambil menyiapkan makan malam buat ayah. Ayah biasa solat magrib berjamaah di masjid dan biasanya masih melakukan wirid selepas magrib.
"tumben kamu nanyain dia Rob, ada perlu ya?" lanjut mama dengan nada menyelidik namun tetap sibuk di meja makan. meski cukup dekat dengan adiknya, Robi jarang sekali terlihat begitu serius dan dekat dengan Andi, adiknya. tentu saja mama sedikit kaget dengan gelagat Robi sore itu yang menanyakan adiknya.
"ngga ma, cuma mau ngajak Andi ke tempat teman sebentar," jawab Robi dengan nada mengambang dan terlihat agak ragu.
Mama masih terlihat bolak-balik ke meja makan dengan sikap yang acuh tak acuh seolah masih menunggu kepastian dari Robi. Saat itulah Andi melintas setelah selesai dari kamar mandi sambil mengusap-usap rambutnya yang masih kelihatan sedikit basah dengan handuk.
"Andi .. ada acara ga malam ini? Gw minta tolong sebentar ya," kata Robi masih sambil duduk di depan meja makan.
"Iya, tapi gw solat dulu," jawab Andi sambil ngeloyor ke kamarnya untuk solat magrib.
"emang kamu mau kemana sih rob?" tanya mama masih penasaran.
"ke tempatnya siapa? teman? malem-malem begini? ngajak Andi lagi?" berondong mama masih dengan nada menyelidik laksana senapan mesin. kali ini mama duduk di depan meja makan di hadapan Robi.
"Ini ma, Robi mau te tempat teman cewek," ujar Robi dengan sangat hati-hati setelah sebelumnya menarik nafas panjang.
Robi pun menunggu reaksi dari mama. ada sedikit perasaan lega di dada Robi setelah mengucapkan kata-kata tadi. Robi pun melanjutkan setelah melihat belum ada reaksi dari mama. sepertinya mama masih menunggu untuk mendapat jawaban yang lebih jelas dari Robi.
"insya allah Robi mau berkenalan dengan seorang gadis yang mudah-mudahan akan menjadi calon pendamping hidup Robi. mama ngga usah kaget ya?" ujar Robi dengan nada yang lebih tegas dan datar setelah hatinya merasa lebih lega.
selama ini Robi emang jarang terlihat akrab dengan teman wanita. meski beberapa kali mama sempat menjawab telepon dari beberapa teman Robi yang cewek, Robi tidak terlihat memiliki teman cewek yang dekat dan akrab yang pantas disebut pacar.
Robi memang tidak seperti remaja kebanyakan yang biasa menggandeng cewek dan menjadikannya sebagai pacar. Robi memiliki sebuah prinsip yang jarang dianut oleh remaja kebanyakan, tidak akan berpacaran sebelum resmi menikah. Robi begitu menjaga hubungan dengan lawan jenis. Robi memandang hubungan dengan lawan jenis adalah hubungan yang suci dan tidak boleh sembarangan dilanggar. mesti ada hijab antara cowok dan cewek, begitu prinsip Robi. sebuah prinsip yang terlihat asing dan aneh di mata banyak orang.
Dari gerak-gerik Robi, mama sedikit mengerti jika Robi memang tidak akan punya pacar. Mama pun yakin satu saat Robi pasti akan memberitahukan siapa wanita pilihannya yang akan dijadikan sebagai istri. namun demikian, ada sedikit rasa terkejut juga dalam benak mama petang ini saat Robi mengutarakan keinginannya. antara senang, terkejut, dan penasaran mama menerima pernyataan dari Robi.
"emangnya siapa dia, kalo mama boleh tau?" ujar mama menanggapi pernyataan Robi setelah menenangkan diri dari rasa kaget dan penasarannya.
"dia baik orangnya tapi bukan dari jawa melainkan dari minang," jawab Robi sedikit menjelaskan latar belakang gadis pilihannya ini. Robi sadar bahwa latar belakang suku pasti akan menjadi salah satu yang membuat penasaran.
Ayah dan mama Robi sendiri berlatar belakang suku jawa.
"ooh orang padang tho .. wah bisa makan masakan padang terus donk nih," sahut mama menanggapi. sebuah pernyataan yang sudah bisa diduga oleh Robi.
"emang kenal dimana?" tanya Andi ikutan nimbung di meja makan.
"yahh .. kenal aja. ada yang ngenalin. temen gw kebetulan sama2 mengajar dengan dia," sahut Robi menanggapi pertanyaan adiknya.
"gimana ndi? berangkat sekarang ya, ntar kemaleman lagi," kata Robi lagi meminta kesediaan adiknya. "boleh ya ma, pinjam mobilnya sebentar?" tanya Robi kepada mama.
"ya udah berangkat sekarang deh, kamu berdua hati-hati di jalan ya," ujar mama memberi ijin kepada Robi dan adiknya.
setelah Andi menyelesaikan makan malamnya, mereka pun berangkat. tidak lupa Robi mencium tangan mamanya atas segala dukungannya dan sekaligus memohon restu atas ketetapan hatinya. Sebuah tantangan telah menanti di hadapan Robi. Sebuah langkah pun telah ditempuh untuk kehidupan yang akan sangat berbeda yang harus siap dihadapi oleh Robi. Sebuah langkah awal untuk menggenapkan setengah agamanya.
24 May 2010
Nasi goreng buat Firdaus
"Ayah aku mau nasi goreng," kata Firdaus sore itu sambil menunjukkan satu sachet bumbu nasi goreng merek indofood. Ini artinya Firdaus minta dibuatkan nasi goreng. Firdaus emang doyan banget ama nasi goreng dan sore itu Firdaus sepertinya lagi pengen makan nasi goreng. Sore itu di rumah cuma ada ayah dan Firdaus. Kebetulan bunda dan Izzaty sedang pergi ke rumah etek dan menginap di sana.
Atas permintaan Firdaus itu, Ayah dengan senang hati menyanggupi untuk memasak nasi goreng. Kebetulan nasi goreng adalah salah satu menu yang bisa dibuat oleh ayah. Bukannya apa-apa, menurut ayah tidak susah memasak nasi goreng karena bumbunya udah ada. Bumbu nasi gorengnya memakai bumbu instan yang udah jadi. Jadi, ayah tinggal mencampur telur, bumbu, dan nasi untuk menjadikannya nasi goreng. Soal rasa ayah ga bisa menjamin. Ga terlalu buruk lah, buktinya Firdaus selalu minta dibuatin terus .. hehe.
"Saatnya mengeluarkan segenap kemampuan dan jurus memasak," kata ayah dalam hati dan dengan gembira. "Tunggu sebentar ya," kata ayah kepada Firdaus sambil menyiapkan bahan dan perlengkapan memasak.
Sementara Firdaus duduk di depan tivi menonton "kapten Tsubasa" ayah mulai beraksi di dapur. Ayah mulai memanaskan minyak goreng di atas kompor dan menyiapkan telur dan nasi di atas piring. Porsinya diperkirakan cukup untuk dua orang.

Setelah cukup panas, ayah memasukkan telur ke penggorengan dan mengaduknya sampai merata. Kemudian, ayah memasukkan bumbu nasi goreng dan mengaduknya bersama telur. Di sini api kompornya agak dikecilkan supaya telur tidak cepat gosong. Selanjutnya, barulah nasinya dimasukkan untuk dicampur dengan telur dan bumbu nasi gorengnya. Lalu diaduk sampai bumbunya merata ke seluruh nasi.


setelah dirasa cukup masak, api dimatikan dan nasi goreng sudah jadi. Ayah tinggal menyiapkan nasi goreng di piring. Nasi goreng pun siap dihidangkan.

Melihat nasi goreng yang diminta sudah siap, Firdaus dengan senang hati bersiap menyantapnya. Jangan tanya bagaimana rasanya, Firdaus akan dengan lahap menyantap nasi goreng itu.

Dan waktu magrib pun sudah tiba saatnya untuk solat magrib. Tapi sebelumnya ayah minta difoto dulu sama Firdaus .. hehe. cekrek ..
Atas permintaan Firdaus itu, Ayah dengan senang hati menyanggupi untuk memasak nasi goreng. Kebetulan nasi goreng adalah salah satu menu yang bisa dibuat oleh ayah. Bukannya apa-apa, menurut ayah tidak susah memasak nasi goreng karena bumbunya udah ada. Bumbu nasi gorengnya memakai bumbu instan yang udah jadi. Jadi, ayah tinggal mencampur telur, bumbu, dan nasi untuk menjadikannya nasi goreng. Soal rasa ayah ga bisa menjamin. Ga terlalu buruk lah, buktinya Firdaus selalu minta dibuatin terus .. hehe.
"Saatnya mengeluarkan segenap kemampuan dan jurus memasak," kata ayah dalam hati dan dengan gembira. "Tunggu sebentar ya," kata ayah kepada Firdaus sambil menyiapkan bahan dan perlengkapan memasak.
Sementara Firdaus duduk di depan tivi menonton "kapten Tsubasa" ayah mulai beraksi di dapur. Ayah mulai memanaskan minyak goreng di atas kompor dan menyiapkan telur dan nasi di atas piring. Porsinya diperkirakan cukup untuk dua orang.

Setelah cukup panas, ayah memasukkan telur ke penggorengan dan mengaduknya sampai merata. Kemudian, ayah memasukkan bumbu nasi goreng dan mengaduknya bersama telur. Di sini api kompornya agak dikecilkan supaya telur tidak cepat gosong. Selanjutnya, barulah nasinya dimasukkan untuk dicampur dengan telur dan bumbu nasi gorengnya. Lalu diaduk sampai bumbunya merata ke seluruh nasi.


setelah dirasa cukup masak, api dimatikan dan nasi goreng sudah jadi. Ayah tinggal menyiapkan nasi goreng di piring. Nasi goreng pun siap dihidangkan.

Melihat nasi goreng yang diminta sudah siap, Firdaus dengan senang hati bersiap menyantapnya. Jangan tanya bagaimana rasanya, Firdaus akan dengan lahap menyantap nasi goreng itu.

Dan waktu magrib pun sudah tiba saatnya untuk solat magrib. Tapi sebelumnya ayah minta difoto dulu sama Firdaus .. hehe. cekrek ..

04 May 2010
Batik

Pagi itu suasana terlihat lain. Ada suasana yang berbeda dibanding hari-hari sebelumnya. Tampak banyak orang memakai baju batik dengan beragam jenis dan coraknya. Begitu semaraknya sehingga bisa jadi jika ada orang dari kampung melihat suasana Pria dan wanita, muda dan tua, semua terlihat bangga dalam balutan busana batik. Yang terlihat sangat mencolok adalah para wanitanya. Dibanding model baju batik pria, model pakaian batik wanita terlihat lebih beragam. Tidak hanya bervariasi dalam corak dan warnanya, model pakaiannya pun terlihat amat beragam. Ada yang berbentuk baju terusan atau berupa kombinasi baju dan rok yang padu. Suasana di setiap sudut tempat dan jalan tampak semarak dengan orang-orang yang berpakaian batik.
seperti ini akan terlontar dari mulut mereka, “wah, orang-orang pada mau kondangan kemana ya. Kok banyak banget yang pake baju batik sih.” Ini sedikit menggambarkan bagaimana kondisi di jalan dan tempat-tempat umum yang dipenuhi oleh orang-orang yang berpakaian batik.
Pagi itu Robi pergi ke kantor sebagaimana biasa. Tidak seperti kebanyakan orang kantoran yang hari itu memakai batik, Robi berpakaian polos dengan sedikit pola bergaris. Bukan tanpa alasan dan bukan karena tidak tahu, Robi berpakaian seperti ini yang tampaknya agak kurang wajar. Robi beralasan, “itukan Cuma himbauan aja ga wajib, masa ogut bisa dipecat gara-gara ngga pake batik sih.”
Robi melanjutkan, “lagipula ogut khan ngga punya stok baju batik yang banyak, di rumah ada baju batik tapi rencananya mau dipake buat kondangan besok lusa. Dan, ngga ada baju batik yang laen. Mau pinjem ama tetangga, kan mereka juga pada make batik. Mau beli juga ngga ada anggaran karena pemberitahuannya kan agak mendadak. Jadi, ogut punya hak donk ngga pake baju batik.” Demikian kira-kira pembelaan Robi atas sikapnya yang tidak memakai baju batik ke kantor sesuai himbauan.
Dalam perjalanan ke kantor di atas bus, kebetulan ada seorang teman Robi yang menelpon. Robi pun dengan senang hati menerima telpon dari temannya itu, lumayanlah buat teman ngobrol di perjalanan.
“Halo Robi, gimana kabar lo? Baek?” kata teman Robi di seberang sana.
“Alhamdulillah baek bro, lo sendiri gimana? Baek juga khan?” jawab Robi sambil balik bertanya.
“Alhamdulillah baek juga. Eh gw ga sendiri sembarangan aje loh. Ada bokap dan nyokap nih .. ha ha ha,” jawab temannya Robi sambil sedikit konyol.
“He he .. bisa aje lo. Eh, gimana lo sekarang gawe di mana,” tanya Robi kepada temannya yang memang adik kelasnya waktu kuliah.
“Ah .. gw masih freelance aja kerjanya. Masih seneng begini sih bisa bebas ngga terikat jam kerja,” jawab teman Robi. “Tapi sebenernya gw pengen juga kerja yang tetap biar dapet penghasilan tetap.” Temannya Robi melanjutkan, “gue udah nyoba tes CPNS tapi susah banget ya, kaga nembus-nembus.”
“Ya udah lah berarti belum rejeki lo kali, coba lagi aja bukankah kegagalan adalah sukses yang tertunda,” kata Robi mencoba menghibur dan sedikit berfilosofi. Tumben-tumbenan ya!
“Tapi gw udah nyoba berkali-kali lho bro, belum berhasil juga,” kata temannya sedikit terhibur dengan kata-kata Robi.
Dalam hati Robi menjawab, “berkali-kali? Emang dasar elo yang oon kali ye .. hi hi hi.” Keisengan Robi muncul lagi walaupun cuma dalam hati saja.
“Oh iya Bro, kalo lo mau ada tuh lowongan editor lepas di Salemba,” kata Robi menawarkan kerjaan kepada temannya.
“Apaan bro, editor lapas di rutan salemba,” kata temennya agak sedikit ngga nyambung. Mungkin karena berbicara via telpon, terdengar kurang jelas.
“Dasar lo, ini ada lowongan editor lepas alias freelance di penerbit Salemba. Lo mau kaga?” kali ini Robi berbicara dengan lebih jelas.
“Oh gitu, sori bro agak ga jelas nih. Oke deh, boleh juga tuh,” kata teman Robi. Kali ini dia mengerti apa yang dimaksud oleh Robi.
“Oke deh nanti gw kasih no kontaknye ye. Elo langsung aja hubungin ke sana. Bilang aja dari temannya Robi,” jawab Robi memastikan.
“Oh lo kenal ya ama orangnya?” kata teman Robi agak sedikit kagum dengan temannya yang punya banyak koneksi.
“Enggak kok .. he he he. Gw tau dari milis ajah,” Robi mulai iseng lagi. “Udah dulu ya gw udah mau sampe di kantor nih.” Robi sadar bahwa dia harus turun
“Emang dasar lo. Ya udah deh makasih ya bro. doain gw sukses ya,” kata teman Robi mengakhiri pembicaraan telpon itu.
Di jalan menuju kantor, Robi masih melihat banyak orang memakai batik berseliweran. Sadar bahwa dirinya tidak memakai batik, Robi mulai mencari alasan jika nanti ditanya oleh atasannya. Robi tersenyum sendiri saat mendapat ide bagus. Dengan langkah mantap Robi berjalan menuju ruangannya.
Sebelum masuk ruangan Robi sempat melihat salah satu rekannya yang baru terlihat masuk kerja setelah sebelumnya sakit.
“Gimana keadaan lo udah ga sakit lagi?” tanya Robi kepada rekan yang abis sakit.
“oh ga apa-apa kok, badannya dah baikan lagi,” kata rekan Robi.
“baikan? Emang abis berantem ya,” seru Robi dengan isengnya. Dan, Bletak .. sebuah jitakan mendarat mulus di kepala Robi. Sambil meringis Robi langsung pergi ke mejanya.
Baru saja Robi duduk terdengar suara agak berat. “kenapa kamu ga pake baju batik, tapi kamu malah pake baju polos bergaris,” kata suara itu. Saat Robi mendongak, wajah yang amat dikenalnya sudah menunggu dengan ekspresi cemberut.
“Apa kamu tidak membaca pengumuman yang ada di papan pengumuman itu?” kata suara itu yang ternyata atasannya yang super disiplin dan kaku.
“Saya baca kok pak,” jawab Robi. Dengan iseng Robi melanjutkan lagi, “sebenernya ini baju batik pak, cuma luntur abis dicuci jadinya polos bergaris gini deh.”
Sambil menahan marahnya, atasan Robi langsung ngeloyor pergi.
***
Tulisan ini juga diposting di kompasiana
http://sosbud.kompasiana.com/2010/05/04/batik/
28 April 2010
Cukup
Sore itu Muthy kedatangan tamu. Adik kelasnya yang kebetulan sedang bersilaturahmi ke rumahnya. Mereka bercengkerama di teras rumah Muthy. Teras rumah Muthy terasa amat teduh dan sejuk sore itu yang diiringi dengan sapuan angin sore yang begitu lembut. Suasana ini begitu tenang setenang hati Muthy dan Kayla, adik kelasnya. Namun, tidak demikian dengan obrolan mereka yang begitu riuh rendah.
Namanya juga ibu-ibu kalo lagi ngobrol dan ngegosip ... seru abis deh. Ditambah lagi dengan tingkah polah bocah-bocah yang sedang bermain di halaman rumah. Suara deraian tawa Muthy diselingi dengan teriakan histeris bocah-bocah yang berlari kesana kemari. Begitu meriah suasana sore yang tenang itu.
"Wah .. mbak Muthy udah enak ya. Punya rumah sendiri. Anak-anaknya dah gede dan lucu-lucu," kata Kayla melihat suasana meriah di rumah Muthy.
"Alhamdulillah udah banyak diberi rizki dan kemudahan dari Allah. Makanya La, nikah donk. Menurut sunah nabi, menikahlah maka kamu akan kaya," kata Muthy menanggapi. "nah, cobalah mengikuti sunah nabi itu." lanjut Muthy.
"Saya sih sebenernya udah pengen mengamalkan sunah nabi itu tapi kok belum berjodoh ya," ujar Kayla. "Makanya saya silaturahmi ke tempat mbak, sekalian nanya-nanya, siapa tau ada udang di balik rempeyek .. he he he .. tau kan maksud saya Mbak," lanjut Kayla mulai mengutarakan maksud-maksudnya yang tersembunyi.
"yes yes I know what you mean," kata Muthy sambil mencoba cas cis cus beringgris ria walaupun masih belepotan. "dont worry be happy ... he he .. eh maksudnya mbak ngerti kok dik," lanjut Muthy.
"sebenarnya mbak punya beberapa kenalan ikhwan, eh kamu mencari yang ikhwan khan," kata Muthy mencoba lebih detil ke masalah yang lebih fokus lagi.
"Ya iya lah Mbak, masa mau sama akhwat ... emang saya cewe apaan ... he he he," kata Kayla. "Saya sih ngga usah muluk-muluk deh mbak asalkan cocok," lanjut Kayla lagi.
"Ha ha .. jadi kamu maunya sama ikhwan yang seperti apa," tanya Muthy kepada Kayla.
"Pertama, dia harus cowok tulen .. hihi .. alias ikhwan. dan ngga gokil .. he he," kata Kayla masih iseng dan bercanda. "Ok deh, saya ngga terlalu masalah sih yang penting cocok dan cukuplah," lanjut Kayla.
"Maksud saya cukup buat beli mobil, cukup buat beli rumah, cukup buat naek haji, he he he ... ada ga yah," kata Kayla sambil cengengesan. "Ga kok Mbak becanda .. tapi kalo ada mau banget tuh ... xixixi," masih dengan ekspresi Kayla yang tanpa beban tapi sedikit konyol.
"Ha ha ... kamu bisa aja. Mau nyari enaknya aja ya. Tapi, jangan khawatir, banyak kok ikhwan yang kayak gitu," kata Muthy sambil tertawa menanggapi guyonan adik kelasnya ini. "Cuma masalahnya ikhwan itu mau ga sama kamu .. he he he," lanjut Muthy.
"Lagipula kayaknya ikhwan yang kayak gitu udah ada yang punya deh .. seperti yayang Mbak," kembali Muthy meneruskan jawaban isengnya kepada Kayla.
"Walah .. bener juga ya Mbak," ujar Kayla sambil tersipu malu.
Derai tawa mereka berdua masih berlangsung sampai saat Kayla pamit untuk pulang. Muthy pun berjanji mencarikan jodoh untuk Kayla, sedangkan Kayla mencoba sabar untuk tetap menunggu keputusan Allah. Karena Kayla sadar keputusan Allah-lah yang terbaik buatnya.
Namanya juga ibu-ibu kalo lagi ngobrol dan ngegosip ... seru abis deh. Ditambah lagi dengan tingkah polah bocah-bocah yang sedang bermain di halaman rumah. Suara deraian tawa Muthy diselingi dengan teriakan histeris bocah-bocah yang berlari kesana kemari. Begitu meriah suasana sore yang tenang itu.
"Wah .. mbak Muthy udah enak ya. Punya rumah sendiri. Anak-anaknya dah gede dan lucu-lucu," kata Kayla melihat suasana meriah di rumah Muthy.
"Alhamdulillah udah banyak diberi rizki dan kemudahan dari Allah. Makanya La, nikah donk. Menurut sunah nabi, menikahlah maka kamu akan kaya," kata Muthy menanggapi. "nah, cobalah mengikuti sunah nabi itu." lanjut Muthy.
"Saya sih sebenernya udah pengen mengamalkan sunah nabi itu tapi kok belum berjodoh ya," ujar Kayla. "Makanya saya silaturahmi ke tempat mbak, sekalian nanya-nanya, siapa tau ada udang di balik rempeyek .. he he he .. tau kan maksud saya Mbak," lanjut Kayla mulai mengutarakan maksud-maksudnya yang tersembunyi.
"yes yes I know what you mean," kata Muthy sambil mencoba cas cis cus beringgris ria walaupun masih belepotan. "dont worry be happy ... he he .. eh maksudnya mbak ngerti kok dik," lanjut Muthy.
"sebenarnya mbak punya beberapa kenalan ikhwan, eh kamu mencari yang ikhwan khan," kata Muthy mencoba lebih detil ke masalah yang lebih fokus lagi.
"Ya iya lah Mbak, masa mau sama akhwat ... emang saya cewe apaan ... he he he," kata Kayla. "Saya sih ngga usah muluk-muluk deh mbak asalkan cocok," lanjut Kayla lagi.
"Ha ha .. jadi kamu maunya sama ikhwan yang seperti apa," tanya Muthy kepada Kayla.
"Pertama, dia harus cowok tulen .. hihi .. alias ikhwan. dan ngga gokil .. he he," kata Kayla masih iseng dan bercanda. "Ok deh, saya ngga terlalu masalah sih yang penting cocok dan cukuplah," lanjut Kayla.
"Maksud saya cukup buat beli mobil, cukup buat beli rumah, cukup buat naek haji, he he he ... ada ga yah," kata Kayla sambil cengengesan. "Ga kok Mbak becanda .. tapi kalo ada mau banget tuh ... xixixi," masih dengan ekspresi Kayla yang tanpa beban tapi sedikit konyol.
"Ha ha ... kamu bisa aja. Mau nyari enaknya aja ya. Tapi, jangan khawatir, banyak kok ikhwan yang kayak gitu," kata Muthy sambil tertawa menanggapi guyonan adik kelasnya ini. "Cuma masalahnya ikhwan itu mau ga sama kamu .. he he he," lanjut Muthy.
"Lagipula kayaknya ikhwan yang kayak gitu udah ada yang punya deh .. seperti yayang Mbak," kembali Muthy meneruskan jawaban isengnya kepada Kayla.
"Walah .. bener juga ya Mbak," ujar Kayla sambil tersipu malu.
Derai tawa mereka berdua masih berlangsung sampai saat Kayla pamit untuk pulang. Muthy pun berjanji mencarikan jodoh untuk Kayla, sedangkan Kayla mencoba sabar untuk tetap menunggu keputusan Allah. Karena Kayla sadar keputusan Allah-lah yang terbaik buatnya.
27 April 2010
kerja di depag
"Mat, kayaknya enak ya kerja di depag," kata memet kepada Mamat. Mamat pun menanggapi, "ah siapa bilang enak kerja didepak, mendingan juga gw kerjanya di kantor."
Melihat Sisi Lain dari Sepak Bola

Tidak dapat dipungkiri bahwa sepak bola merupakan olah raga yang paling digemari di seluruh dunia. Baik tua maupun muda, anak-anak, remaja, dan orang dewasa sangat menggemari sepak bola. Tidak terkecuali kaum hawa, banyak juga yang menyenangi sepak bola.
Pembicaraan tentang sepak bola seakan tidak ada habisnya. Orang akan betah berbicara tentang sepak bola seharian penuh karena banyak hal yang bisa dibahas dari sepak bola. Peluang sebuah tim menjadi juara, pemain bola yang menjadi favorit, adalah tema yang bisa dibahas selama berjam-jam.
Buat orang yang memahami hakikat dari permainan sepak bola, hasil akhir dari pertandingan atau apakah tim kesayangannya memenangkan pertandingan bukanlah segalanya. Jalannya pertandingan, taktik dan strategi yang digunakan oleh setiap tim, atau bagaimana setiap tim mampu memanfaatkan peluang adalah hal-hal yang lebih penting untuk disimak dan diamati.
Mereka akan mampu menilai pertandingan secara objektif terlepas dari siapapun yang memenangkan pertandingan. Ada banyak hal yang bisa ditangkap maknanya dari sebuah pertandingan sepak bola dibanding hanya sekedar mendapatkan hasil akhir belaka.
Sekali lagi saya mengatakan hasil akhir terkadang tidaklah mencerminkan proses yang terjadi selama pertandingan. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil akhir, yang membuat tim terbaik tidak dapat keluar sebagai pemenang. Kita akan kecewa jika tim yang kita dukung tidak dapat menang. Namun, kita seharusnya lebih kecewa jika tim yang bermain lebih baik tidak bisa memenangkan pertandingan. Banyak orang mengatakan bahwa bola itu bundar, apapun dapat terjadi.
Orang pun boleh berpendapat bahwa sebuah tim yang menjadi juara belum tentu merupakan tim terbaik. Perlu parameter lain dalam menilai keberhasilan sebuah tim atau klub sepak bola. jadi, wajar jika banyak orang sangat fanatik dan menjadi fans berat sebuah klub meskipun klub tersebut tidak menjadi juara.
Sebagai contoh, belakangan ini telah dirilis klub-klub mana yang untung dan rugi. Di sana tercatat bahwa arsenal adalah klub yang paling banyak mengeruk untung sampai dengan pertengahan tahun 2009. Parameter yang diambil di sini bisa jadi dari sisi komersial, yaitu perbandingan antara pendapatan selama periode tersebut dengan pengeluarannya. Klub yang untung berarti pendapatannya lebih besar daripada pengeluarannya.
arsenal menjadi klub yang untung bisa jadi karena pendapatannya besar. Wajar saja karena stadion baru memiliki daya tampung yang besar. Tentu pendapatan dari penjualan tiket menjadi besar juga. Selain itu dari sisi pengeluaran, arsenal juga terbilang sangat efisien. Pembelian dilakukan terhadap pemain muda berbakat yang akan melalui tahap pembinaan. Arsenal juga hanya membeli pemain yang bagus dengan harga yang sesuai. Namun demikian, dengan kondisi pemain seperti ini, arsenal tetap mampu tampil konsisten dan selalu mengisi empat besar klasemen liga inggris.

Secara permainan, Arsenal juga memiliki ciri khas yang membuat orang ingin selalu menonton setiap pertandingannya. Permainan menyerang yang cantik dan dinamis selalu mengiringi setiap pertandingan yang dijalani. Meskipun permainan cantik ini tidak selalu berujung pada sebuah kemenangan, tetapi ini sudah menjadi hiburan tersendiri bagi penonton yang tidak hanya sekedar melihat hasil akhir saja. Permainan menyerang yang dinamis membuat setiap pemain dari setiap lini punya peluang yang sama untuk mencetak gol. Dan, ini terbukti dengan statistik yang menunjukkan bahwa pencetak gol Arsenal tidak hanya oleh penyerang saja melainkan juga dihasilkan oleh pemain belakang.
Perpaduan faktor teknis dengan nonteknis sangat mempengaruhi performa dan kinerja sebuah klub. klub arsenal telah berhasil memadukan kedua faktor ini. Menjadi klub yang berhasil memperoleh keuntungan terbesar sekaligus mampu menjadi tim yang memiliki permainan yang menghibur di lapangan. Dengan permainan yang menarik, penonton tidak akan ragu untuk selalu datang ke stadion. Ini berarti pendapatan dari tiket menjadi lebih besar, dan begitu seterusnya. Siklus inilah yang menghidupi sebuah klub sehingga klub tersebut dapat tetap eksis dan berusaha meraih setiap peluang. walau bagaimana pun sebuah gelar juara merupakan tujuan akhir dari setiap kompetisi.
Subscribe to:
Posts (Atom)