24 March 2009

Bisnis Digital

Beberapa hari belakangan ini, pikiran saya selalu saja berkutat tentang bagaimana memanfaatkan kemampuan saya, menulis atau membuat materi tentang fisika untuk tingkat sekolah menengah, untuk menghasilkan uang. Yah pengennya sih saya membuat bisnis sendiri yang sesuai dengan kemampuan dan minat yang saya miliki. Dengan adanya internet promosi dapat dilakukan melalui internet. Jadi, bisnis yang ingin saya jalankan ini harus memiliki karakteristik dapat dipromosikan melalui internet, memiliki nilai edukasi dan pembelajaran, dan berbentuk digital.

Akhirnya, saya sampai pada satu gagasan berupa membuat modul pembelajaran fisika dalam bentuk digital (bisa berupa file pdf dan/atau presentasi powerpoint) yang dikemas dalam bentuk cd. CD ini selanjutnya saya promosikan via internet melalui situs saya.

Saya memang sedang mengembangkan situs pembelajaran fisika secara online dengan alamat http://aktifisika.worpress.com. Situs ini berisi materi-materi fisika dalam bentuk modular yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika untuk tingkat sekolah menengah.

Sebenarnya saya ingin mempublish semua modul pembelajaran fisika melalui situs tersebut tetapi saya pikir kalo modul ini bisa dijual atau menghasilkan uang kenapa tidak saya jual aja.

Untuk bisa mewujudkan keinginan saya ini, yaitu menjual cd modul pembelajaran fisika, saya perlu membuat sistemnya terlebih dahulu yang meliputi bagaimana cara pemesanan barang secara online, cara mengirimkan barang, dan cara pembayaran produk/barang yang ingin saya jual online. Sistem ini perlu dan sangat penting untuk dibuat dalam bisnis online seperti yang akan saya jalankan ini.

Bisnis digital ini menurut saya merupakan salah satu alternatif bisnis yang cukup andal dan bisa dikembangkan. Tidak dibutuhkan modal (dalam bentuk uang) yang besar, melainkan kreativitas, ide, dan pengetahuan. Setiap orang yang memiliki pengetahuan (atau informasi) yang boleh jadi dibutuhkan oleh orang lain bisa membuat produk digital dan mempromosikan sekaligus menjualnya secara online melalui internet. Tidak dibutuhkan proses produksi atau manufaktur untuk membuat produk digital ini yang artinya tidak membutuhkan biaya produksi.

Jika ingin membuat produk dengan biaya murah dan dapat dipromosikan sekaligus dijual selama 24 jam sehari melalui internet, bisnis digital adalah pilihannya.

05 March 2009

Menjaga putaran roda bisnis

Ada yang hilang dari pandangan saya saat melintas di jalan Margonda Depok di dekat apartemen margonda residence. Saya tidak melihat lagi Binus Center tampak di posisinya. Padahal sebelumnya saya cukup terpesona dengan gedung dimana Binus Center berada, Sebuah ruko yang sudah disulap menjadi tempat kursus IT yang cukup berkelas. Gedung yang dicat berwarna oranye itu memang mudah terlihat dan mudah membuat orang tertarik.

Saya sendiri pernah membayangkan batapa nyamannya bisa bekerja atau mengajar di tempat itu. Selain dekat dengan tempat tinggal saya, juga tampaknya nyaman dan berkelas.

Saya sendiri yang hampir setiap pagi melewati jalan margonda tidak lupa untuk menghadapkan pandangan saya ke sana dan mengagumi tempat itu. Belakangan ini memang saya melihat keindahan warna cat oranye gedung Binus Center itu agak memudar, mungkin akibat hujan beberapa bulan terakhir ini. Tapi, saya tetap tidak mengira bahwa pudarnya warna cat gedung itu juga seiring dengan suramnya bisnis yang sedang dijalankan tempat kursus itu. Sehingga saat tempat kursus itu resmi ditutup tetap ada perasaan terkejut juga di hati saya.

Saya mencoba mengira-ngira (istilah kerennya sih menganalisis tapi terlalu keren buat saya yang masih belajar ini) bagaimana bisa sebuah institusi ternama sekelas Binus Center ini harus tersingkir dan menutup bisnisnya ini di Depok.

Binus atau Bina Nusantara sudah sangat dikenal khususnya di Jakarta sebagai penyelenggara pendidikan dari level dasar sampai perguruan tinggi. Kita mengenal binus school untuk sekolah dasar sampai SMA, Univesitas Binus untuk perguruan tinggi, dan Binus Business School yang menyelenggarakan magister manajemen, serta Binus Center sebagai tempat kursus IT. Binus Center sendiri sejauh pengetahuan saya menyelenggarakan pendidikan non-gelar untuk komputer, desain, dan animasi. Hal ini tidak mengherankan karena pada awalnya Binus memang dikenal sebagai penyelenggara pendidikan komputer. Perguruan tinggi Binus sangat kuat dalam bidang komputer dan merupakan salah satu pelopor pendidikan komputer di Indonesia.

Binus Center bisa jadi ditampilkan sebagai salah satu bisnis yang dijalankan oleh Binus karena Binus sudah dikenal luas sebagai pelopor dalam pendidikan komputer. Ini adalah modal dasar yang penting dalam ide Binus Center ini. Tentunya reputasi sangat diperlukan oleh sebuah institusi pendidikan.

Dengan membuka Binus Center di Depok diharapkan menjadi alternatif bagi siswa yang ingin memperdalam atau mempelajari komputer khususnya desain grafis dan animasi yang menjadi andalan Binus khususnya di Depok. Saya menduga Binus Center ini menyasar segmen pasar mahasiswa atau pekerja dari bidang selain komputer yang ingin memperdalam desain atau animasi.

Namun saya melihat sepertinya pasar ini belum terbentuk karena bisa jadi orang sudah bisa belajar komputer desain atau animasi secara mandiri tanpa perlu kursus. Perlu dilihat juga bahwa di Depok sudah ada perguruan tinggi yang cukup ternama juga dan juga mempunyai basis kuat dalam komputer, yaitu Universitas Gunadarma. Tentunya ini juga perlu diperhitungkan sebagai pesaing kuat.

Walaupun nama Binus sudah cukup terkenal dan mumpuni dalam bidang komputer dan bidang komputer sedang booming tampaknya konsumen Khususnya di Depok belum melihat ini sebagai kebutuhan penting yang bisa mendorong mereka mencoba mengikuti kursus. Bisa jadi ini salah satu alasan tidak bisa berkembangnya Binus Center di Depok meskipun di daerah lain Binus Center cukup berkembang.

Tentunya ini akan menjadi pelajaran berharga buat penyelenggara Binus Center dan manajemen Binus secara umum dalam menjaga roda bisnisnya. Apalagi saat ini krisis ekonomi sedang melanda dunia.

Krisis ekonomi yang melanda dunia saat ini memang menjadi beban berat bagi para pelaku bisnis untuk bisa mempertahankan bisnisnya. Mungkin inilah saatnya bagi pelaku bisnis memikirkan kembali cara mereka menjaga putaran roda bisnisnya.

Seri Belajar Bisnis: Bisnis tanpa modal

Bisnis adalah kata yang ada di benak kita saat kita membayangkan mendapatkan penghasilan tanpa harus bekerja secara fulltime selama 8 jam x 5 hari seminggu di kantor. Kata bisnis menjadi kata yang ada di dalam benak saya belakangan ini sebagai salah satu alternatif jika sewaktu-waktu saya diputus kontrak kerja saya di kantor saya saat ini. Saya memang perlu was was dengan kondisi kerja saya saat ini dimana banyak dari teman-teman rekan kerja yang tidak diperpanjang lagi kontraknya.

Bisnis yang paling mungkin dilakukan (menurut saya) saat ini adalah bisnis berjualan kue. Beberapa waktu belakangan ini saya memang sedang menjalankan usaha kecil-kecilan (banget) berupa menerima pesanan kue dari teman-teman sekantor dan kenalan dekat. Awalnya usaha ini dijalankan istri saya yang kebetulan berprofesi sebagai guru di sebuah sekolah dasar.

Istri saya kebetulan kenal baik dengan seorang orang tua murid di sekolahnya yang hobi membuat kue. Orang tua murid ini berhasil berkreasi membuat kue yang belum ada di pasaran dan rasanya lezat. Istri saya mencoba menawarkan kue ini ke beberapa kenalannya dan ternyata mendapat respon yang baik. Sejak saat itu banyak kenalan dan teman istri saya yang memesan kue yang lezat itu dari istri saya. Dengan mengambil sedikit marjin keuntungan dari penjualan kue itu, istri saya mulai menjalankan usaha ini sampai sekarang. Ya lumayan lah labanya bisa buat beli jajan anak-anak.

Kue yang kami pasarkan memang kue jenis baru yang (sepengetahuan saya) belum ada di pasaran. Kue ini berupa kue coklat yang berlipis es krim, yang memang amat lezat di lidah. Tidak heran banyak kenalan atau teman yang mencoba kue ini berminat terhadap kue ini.

Saya sendiri sebenarnya ngga sengaja ikut menjual dan menerima pesanan kue ini. Saya sering membawa kue (kebetulan istri saya sering dapat jatah dari orang tua murid itu) ini ke kantor sebagai bakal sarapan atau snack dan sering juga membagi kepada sebagian rekan di kantor dan banyak yang berminat. Sekalian aja saya jadikan tester dan akhirnya ada yang memesan kue ini.

Belakangan ini, saya mulai kepikiran penjualan kue ini bisa saya jadikan sebuah bisnis yang dapat menghasilkan pendapatan yang lumayan. Apalagi bisnis ini bisa dijalankan tanpa modal uang sepeser pun, yang diperlukan cuma keberanian dan kejelian mencari pasar yang potensial.

Yang ada di benak saya adalah mencoba memasarkan kue di kantin-kantin sekolah atau kantor. Kue ini bisa saya jual satuan seharga Rp2000,00 s/d Rp2500,00 per buah dimana saya bisa mendapatkan marjin keuntungan sebesar Rp500,00 per buah. Jadi, saya perlu survei dan menawarkan ke kantin-kantin sekolah atau kantor untuk menitipkan menjualkan di kantinnya.

Dengan mencoba memasarkan 200 buah kue, bisa dihasilkan laba Rp100.000,00. Jumlah 200 kue saya ambil karena minimal kue yang dipesan 50 buah dan dengan 4 jenis atau variasi kue. Skema ini menurut saya pas dan dapat memberikan variasi produk kepada konsumen. Jadi, target harus terjual 200 kue per hari. Ini juga bisa diperinci menjadi 5 x 40 buah, maka diperlukan 5 kantin sebagai tempat menjual kue ini.

Jika skema ini berjalan, yaitu 200 buah kue terjual habis, maka per hari bisa didapatkan pendapatan Rp100.000,00 dan sebulan atau 20 hari kerja bisa diperoleh Rp2.000.000,00. Lumayan kan ...

Tentu saja operasionalnya tidak semudah hitung-hitungan di atas kertas. Pertama dan paling penting adalah kita perlu mencari dan survei kantin-kantin mana saja yang bisa diajak bekerja sama dan bisa dititipkan untuk menjual kue ini. Menurut perhitungan di atas diperlukan 5 kantin yang masing-masing kita jual 40 buah kue. Jika 5 kantin sudah bersedia diajak bekerja sama tinggal setiap hari kita mengantarkan kue ini ke setiap kantin tersebut. Dan, penghasilan bisa kita peroleh. Sederhana sih kelihatannya tapi belum tentu mudah dijalankan tentunya.

Dengan skema bisnis seperti ini, penghasilan 2 juta per bulan bisa diperoleh dengan waktu kerja yang sedikit. Waktu kerja kita cuma mengantarkan kue ke setiap kantin yang bisa dilakukan 3 atau 4 jam saja, bandingkan dengan kerja kantor yang 8 jam sehari dan dengan pendapatan yang tidak jauh berbeda bahkan lebih kecil. Memang pada awalnya bisa jadi diperlukan kerja ekstra untuk survei dan mencari kantin yang bisa diajak kerja sama, namun setelahnya begitu sederhana.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah masalah harga. Perlu dipikirkan harga yang pas dan sekaligus dapat menghasilkan laba. Diperlukan formulasi harga yang bisa menguntungkan semua pihak. Karena di sini terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu pembuat kue, pendistribusi (orang yang mengambil kue dari produsen), dan penjual langsung (kantin). Harga harus mencakup keuntungan dari ketiga pihak tersebut.

Tertarik dengan bisnis ini?