11 August 2008

Rumahku adalah surgaku

Begitulah pepatah mengatakan tentang rumah yang ideal. Bagi saya rumah bukan sekedar tempat untuk beristirahat. Lebih dari itu rumah adalah sarana untuk berinteraksi baik di antara keluarga saya sendiri maupun kepada masyarakat. Saat anak-anak sudah besar kita perlu mempertimbangkan lingkungan yang baik dan sesuai bagi perkembangan anak-anak kita.

Inilah salah satu hal yang menjadi beban pikiran istri saya belakangan ini. sebagai orang tua, kami ingin perkembangan anak-anak menjadi pembelajaran yang membuat mereka siap menghadapi masa depannya. Saat ini kami masih tinggal di kontrakan di dekat sekolah tempat istri saya mengajar. Letaknya agak jauh ke dalam yang lumayan jauh dari jalan raya. Pertimbangan kami memilih tempat ini semata-mata agar dekat dengan tempat kerja istri yang memungkinkan istri dekat dengan anak-anak. Saat anak-anak masih kecil ini sangat penting karena memungkinkan istri bisa izin untuk pulang saat jam istirahat atau jam kosong dan menyusui anak di rumah. Meskipun istri bekerja, dia tetap bisa memberikan asi buat anaknya.

Di sisi yang lain, lingkungan tempat saya tinggal menurut saya kurang kondusif buat perkembangan anak-anak. Apalagi sekarang mereka sudah agak besar dan sudah mulai bisa ditinggal pergi jauh. Di lingkungan kami saat ini, anak-anak tidak memiliki partner yang usianya setara. Firdaus (berusia 5 tahun) sering harus bermain dengan anak yang usianya jauh di atasnya. Ini membuat Firdaus sering menjadi objek penderita, yang disuruh macem-macem, yang selalu menjadi anak yang mengejar-ngejar anak yang lain, dan lain-lain. Ini kurang baik buat dia. Dia juga sudah mulai banyak mempunyai kosakata yang semestinya belum perlu dimiliki oleh anak seusianya. Anak saya yang kedua (berusia 2 tahun) selalu ingin ikut kemanapun kakaknya bermain. Ngga ada teman sebayanya yang usianya sepantar. Kondisi ini tidak menguntungkan buat kami dan anak-anak.

Keinginan untuk memiliki rumah sendiri dengan lingkungan yang lebih kondusif mengemuka belakangan ini. hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi di atas dan juga adanya faktor lain yang amat perlu dipertimbangkan. Kebetulan istri saya yang bekerja sebagai guru mendapat tawaran dari salah satu orang tua siswa yang dikenalnya. Orang tua siswa tersebut menawarkan rumahnya untuk dibeli atau disewa kepada istri saya. Tawaran ini menjadi sangat menarik karena orang tua siswa tersebut menawarkan harga yang lebih rendah dibandingkan harga pasaran yang ada. Tentu saja istri saya sangat berminat dengan tawaran ini.

Berbeda dengan istri yang sangat tertarik dengan tawaran dari orang tua siswa tersebut, saya malah agak sedih dengan kabar ini. saat istri saya dengan antusiasnya menceritakan tentang tawaran ini, hati saya bagai teriris-iris. Sejujurnya saya ingin sekali memiliki rumah yang bisa menjadi tempat kami sekeluarga bernaung, tapi saya ngga bisa membayangkan dari mana saya bisa membayar harga rumah tersebut. Bisa makan aja udah syukur, pikir saya.

Selama ini kami selalu kesulitan mengatur keuangan keluarga kami. Meskipun istri saya bekerja, saya ngga mungkin dong meminta dia untuk menyisihkan pendapatannya untuk keluarga. Bagi saya, sebagai kepala rumah tangga sayalah yang harus bertanggung jawab memberi nafkah untuk keluarga. Dan inilah yang sulit karena sampai saat ini saya masih belum mendapatkan pekerjaan yang bisa menjamin masa depan.

Kalau dihitung, saya dan istri sudah berumah tangga selama 6 tahun. Dan, selama itu juga kami masih kesulitan untuk menyisihkan pendapatan kami yang memang ngga memadai untuk ditabung. Istri saya sendiri harus membiayai keluarganya (bapak, ibu, dan adik) yang juga tidak memiliki pendapatan yang tetap. Jadi, pendapatan kami selama ini ya menguap begitu saja untuk menutupi kebutuhan hidup yang semakin ngga terjangkau.

Perasaan saya sering merasa sedih dan teriris-iris saat mendengar cerita istri tentang teman-temannya yang sudah berhasil membangun rumah atau sudah membeli rumah di satu perumahan. Normalnya sih saat ini kami yang sudah bekerja bertahun-tahun semestinya sudah memiliki sebuah tempat bernaung yang layak buat anak-anak kami. Tapi, begitulah kenyataan yang kami harus jalani saat ini.

Kami terus berdoa dan berusaha agar dapat memberikan tempat yang layak buat anak-anak kami. Rumah yang bagaikan surga. Home sweet home.

Rumahku adalah surgaku, kapankah kami bisa mewujudkannya?

5 comments:

Tiwi Felt said...

Sabar ya mas ;) ;) Semoga Mas Bayu dan Bunda diberi Rizki yang banyaaaaaak dr Allah swt, Amiiiiiiiin

Andjar Radite said...

Bismillah...
Meraih Keberhasilan Optimal Dalam Kehidupan Memerlukan Watak Yang Sabar, Tabah dan Beriman

Didalam berusaha mencapai suatu keberhasilan atau sukses yang sempurna atau optimal, diperlukan kemampuan dalam mengendalikan diri, pertama-tama kesabaran terlebih dahulu. Kemudian harus mempunyai ketabahan dalam menghadapi apa pun yang dapat
menghalang-halangi usaha keberhasilan itu dan akhirnya harus mempunyai kekuatan serta pendirian positif dan kokoh dalam iman, untuk melangkah kedepan menuju keberhasilan optimal tersebut.

Kebahagiaan memiliki tanda-tanda, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah. Beliau menyebutkan tiga perkara iaitu:

1. Jika mendapat nikmat, dia bersyukur.
2. Jika mendapat ujian, dia bersabar.
3. Jika berbuat dosa, dia beristighfar.

Allah Knows Best

ALLAH knows what is best for us
So why should we complain
We always want the sunshine
But He knows there must be rain.
We always want laughter
and the merriment of cheer
but our heart will lose their tenderness
If we never shed a tear.

ALLAH tests us often
with suffering and sorrow
He tests us not to punish us
but to help us meet tomorrow.
For growing trees are strenghtened
if they can withstand the storm
and the sharpness of the chisel
gave the marble its grace and form.

ALLAH tests us often
and for every pain
He gives us
provided we are patient
Is followed by rich gain
So whenever we feel that
everything is going wrong
It is just ALLAH'S way to make our spirit strong.

- Author Unknown

Maka al akhuna Bayu, "Isbiru Wa Sobiru Wa Rabithu", Sabar tidak pernah mengenal batas, tidak berpangkal, bertepi apalagi berujung. Sabarlah saudaraku.. dan tingkatkan kesabaran. Orang SUKSES takkan MENYERAH, Orang MENYERAH tak kan SUKSES

mengutip dari beberapa karya hati yang menawan untuk kawanku yang dicintai Allah SWT.

Retty Hakim (a.k.a. Maria Margaretta Vivijanti) said...

Salam kenal ya mas, aku ngintip blog ini setelah baca artikel di wikimu...

Tetap berdoa saja, pasti akan ada jalan...sudah coba KPR belum? ambil yang paling panjang jangka waktu cicilannya. Terkadang harus agak nekat sedikit...yakin bisa dibayar...yakin bisa dimiliki...positif thinking katanya. Untuk urusan ini kebetulan aku orang yang sering pesimis tapi biasanya pasangan kita terbaliknya, mungkin istrinya mas Bayu justru yang positif dan siapa tahu dia bisa mengelola keuangannya...

Unknown said...

informasi yang anda berikan sangat bagus dan menarik, terima kasih atas informasinya dan salam persahabatan

Unknown said...

informasi yang anda berikan sangat bagus dan menarik, terima kasih atas informasinya dan salam persahabatan